Disisi Klaim

Ini hanyalah catatan pribadi yang berisi hal-hal yang pernah dialami penulis terutama tutorial di seputar dunia maya. Tujuannya sebagai media untuk nyangcang ilmu dan share. Hasil dari cumat-comot banyak sumber yang ditransiterasi ulang oleh sim kuring. Mohon maaf jika sumber asalnya tidak semuanya dicantumkan... Kalau ada yang berguna silahkan sahaja ambil, tanpa basa-basi juga gpp koq. yang penting bisa digunakan untuk kebaikan. jikalau disalahgunakan, saya tegaskan "SAYA BERLEPAS DIRI DARI ITUH". Kalau ada kaedah yang salah, mohon dikoreksi ya, agar ilmunya tidak menyesatkan.

Monday, April 11, 2011

MUKMIN DAN POHON KURMA

Oleh
Ustadz Abu Asma Kholid Syamhudi
http://almanhaj.or.id/content/3031/slash/0

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ
شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ فَحَدِّثُونِي
مَا هِيَ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ
وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ قَالُوا
حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya ada diantara
pepohonan, satu pohon yang tidak gugur daunnya. Pohon ini seperti seorang
muslim, maka sebutkanlah kepadaku apa pohon tersebut?” Lalu orang
menerka-nerka pepohonan Wadhi. Berkata Abdullah,“Lalu terbesit dalam diriku,
pohon itu adalah pohon kurma, namun aku malu mengungkapkannya.” Kemudian
mereka berkata,“Wahai Rasulullah, beritahulah kami pohon apa itu?” Lalu
beliau menjawab,“Ia adalah pohon kurma.”

TAKHRIJ
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya, kitab Al Ilmu,
Bab: Qaulul Muhadits Hadatsana, no. 61 (1/145 Fathul Bari) dan Muslim dalam
Shahihnya, kitab Sifatul Munafiqin, Bab: Mitslul Mukmin Matsalun Nakhlah,
no. 7029 (17/151 Syarah Nawawi).

SYARAH MUFRADAT HADITS
• إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ
الْمُسْلِمِ :Terdapat persamaan dan penyerupaan seorang muslim dengan pohon
yang tidak gugur daunnya, yaitu pohon kurma.
• فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي : Akal pikiran mereka menerawang
kepada pepohonan di Wadhi. Setiap orang menafsirkannya dengan salah satu
jenis pepohonan tersebut, namun lupa dengan pohon kurma.[Syarah Shahih
Muslim 17/152 dan lihat juga Fathul Bari 1/146
• الْبَوَادِي : Bentuk jamak dari badiyah, yang bermakna dataran luas yang
terdapat padanya tumbuhan dan air. [Lihat Mu'jamul Wasith 1/45]
• قَالَ عَبْدُ اللَّهِ : Abdullah ini, ialah Abdullah bin Umar. Sahabat yang
meriwayatkan hadits ini dari Rasulullah.
• فَاسْتَحْيَيْتُ : Sebab malu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena
paling kecil dari para sahabat yang hadir waktu itu. Sebagaimana dijelaskan
dalam riwayat Bukhari dalam kitab Al Ath’imah: Aku sebagai orang ke-sepuluh
dan aku yang pling kecil.
• هِيَ النَّخْلَةُ : Pohon kurma. Tentulah pohon ini memiliki keistimewaan,
sehingga dijadikan sebagai permisalan bagi seorang muslim. Tidak hanya dalam
hal ini saja, bahkan Allah memberikan permisalahan kalimat thoyibah dengan
pohon ini dalam firmanNya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا
كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang)
ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat. [Ibrahim:24-25].

Ibnu Hajar berkata,“Imam Bukhari telah membawakan hadits ini juga dalam
tafsir firman Allah.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً

Sebagai isyarat dari beliau, bahwa yang dimaksud dengan pohon yang baik
ialah pohon kurma. Memang telah ada riwayat yang tegas dari hadits, yang
dikeluarkan oleh Al Bazar dari jalan periwayatan Musa bin ‘Uqbah dari Nafi’
dari Ibnu Umar, beliau menyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam membaca ayat ini dan bersabda,“Apakah kalian tahu pohon apakah itu?”
Ibnu Umar menyatakan,“Jelas itu ialah pohon kurma. Namun usiaku yang kecil
menahanku untuk berbicara.” Lalu Rasulullah berkata,“Ia adalah pohon kurma.
[Fathul Bari I/146]

Dengan demikian, pohon yang baik disini ditafsirkan dengan pohon kurma. Dan
denikian ini merupakan pendapat kebanyakan ulama salaf; diantaranya: Ibnu
Abbas, Mujahid, Masruq, Ikrimah, Ad Dhahak, Qatadah dan Ibnu Zaid [1].
Pendapat ini dikuatkan oleh hadits riwayat Ibnu Hibban dari jalan
periwayatan Abdul Aziz bin Muslim, dari Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar,
bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُخْبِرُنِيْ عَنْ شَجَرَةٍ مِثْلُهَا مِثْلُ الْمُؤْمِنِ أَصْلُهَا
ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِيْ السَّمَاءِ

Siapakah yang dapat menyebutkan kepadaku satu pohon yang menyerupai seorang
mukmin, pokok batangnya kokoh dan cabangnya menjulang kelangit?[2]

Semua ini menunjukkan, bahwa pohon kurma memiliki keutamaan, ketinggian dan
keistimewaan yang telah ditunjukkan dalam ayat di atas. Cukuplah dengan
dijadikan sebagai permisalahan seorang muslim menunjukkan ketinggian dan
keistimewaannya.

SYARAH HADITS
Dalam hadits ini, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan permisalan
dan menyerupakan seorang muslim dengan pohon kurma. Menunjukkan adanya sisi
kesamaan antara keduanya. Memang mengenal dan mengetahui sisi kesamaan ini
perlu mendapat perhatian yang cukup. Terlebih lagi Allah telah menjelaskan
hal ini, agar manusia selalu ingat kepadaNya, sebagaimana firmanNya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا
كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang)
ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat. [Ibrahim:24-25].

Diantara sisi kesamaan antara muslim dengan pohon kurma ialah: [3]
1. Pohon kurma mesti memiliki akar, pangkal batang, cabang, daun dan buah.
Demikian juga pohon keimanan, memiliki pokok, cabang dan buah. Pokok iman
ialah rukun iman yang enam. Cabangnya ialah amal shalih dan semua amal
ketaatan dan ibadah. Adapun buahnya ialah semua kebaikan dan kebahagiaan
yang didapatkan seorang mukmin di dunia dan akhirat.

Imam Ahmad berkata,“Perumpamaan iman seperti pohon. Karena pokoknya ialah
syahadatain, batang dan daunnya demikian juga. Sedangkan buahnya ialah sikap
wara’ (hati-hati). Tidak ada kebaikan pada pohon yang tidak berbuah, dan
tidak ada kebaikan pada orang yang tidak punya sifat wara’.[AS-Sunnah, karya
Abdullah bin Ahmad I/316]

Imam Al Baghaqwi menyatakan,“Hikmah dari penyerupaan iman dengan pohon ialah
pepohonan tidak dikatakan sebagai pohon (yang baik), kecuali memiliki tiga
hal. Memiliki akar yang kuat, batang yang kokoh dan cabang yang tinggi.
Demikian juga iman. Tidaklah iman itu sempurna, kecuali dengan tiga hal.
Yaitu pembenaran hati, ucapan lisan dan amalan anggota tubuh.[Tafsir
Al-Baghawi 3/33]

Demikian juga Ibnul Qayyim mengomentari hal ini dengan pernyataannya,
“Ikhlas dan tauhid ialah satu pohon di hati. Cabangnya ialah amalan, dan
buahnya ialah kehidupan yang baik di dunia dan nikmat yang abadi di akhirat.
Sebagaimana buah-buahan syurga, tidak terputus dan tidak tercegah
mengambilnya; maka buah tauhid dan ikhlas di duniapun demikian. Adapun
kesyirikan, dusta dan riya’ merupakan satu pohon di hati, buahnya di dunia
perasaan takut, sedih, duka, kesempitan dan kegelapan hati dan buahnya di
akhirat buah zaqqum dan adzab yang abadi. Kedua pohon ini telah dijelaskan
Allah dalam surat Ibrahim.” [Al-Fawa'id, hal 214-215]

2. Pohon kurma tidak akan bertahan hidup, kecuali bila dipelihara dan
disiram dengan air. Jika tidak, maka akan kering. Jika ditebang, maka akan
mati. Demikian juga seorang mukmin, tidak dapat hidup secara hakiki dan
istiqamah, kecuali dengan siraman wahyu. Oleh karena itulah, Allah menamakan
wahyu dengan ruh dalam firmanNya:

وَكَذلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا مَاكُنتَ تَدْرِي مَا
الْكِتَابُ وَلاَ اْلإِيمَانُ وَلَكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَن
نَّشَآءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu/Al Qur'an) dengan perintah
Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan
tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu
cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki diantara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada
jalan yang lurus. [Asy Syura:52].

يُنَزِّلُ الْمَلاَئِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَن يَشَآءُ مِنْ
عِبَادِهِ أَنْ أَنذِرُوا أَنَّهُ لآإِلهَ إِلآأَنَا فَاتَّقُونِ

Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintahNya
kepada siapa yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya, yaitu:
"Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak)
melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepadaKu." [An Nahl:2].

Tidak ada kehidupan hakiki bagi hati, bila tanpa wahyu. Sehingga tanpa
wahyu, manusia dikatakan mayit walaupun bergerak diantara manusia. Allah
berfirman:

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَالَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ
فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا
كَذلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَاكاَنُوا يَعْمَلُونَ

Dan apakah orang yang sudah mati, kemudian dia Kami hidupkan dan Kami
berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat
berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang
keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar
dari padanya? [Al An’am:122].

Disini jelas sekali sisi persamaannya. Pohon kurma hanya hidup dengan
disiram air, dan hati seorang mukmin hanya hidup dengan siraman wahyu.

3. Pohon kurma sangat kokoh, sebagaimana firmanNya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَآءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا
كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang)
ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat. [Ibrahim:24-25].

Demikian juga iman -jika telah mengakar di dalam hati- maka, menjadi sangat
kokoh dan tidak goyah sedikitpun; seperti kokohnya gunung yang besar
menjulang.

Imam Al ‘Auza’i ditanya tentang iman, apakah bertambah? Beliau menjawab: Ya,
sampai membesar seperti gunung. Beliau ditanya lagi, apakah berkurang?
Beliau menjawab: Ya, sampai tidak tersisa sedikitpun [4]. Demikian juga Imam
Ahmad bin Hambal ditanya tentang hal serupa dan menjawab: Bertambah sampai
mencapai lebih tinggi dari langit yang tujuh, dan berkurang sampai menjadi
paling rendah dari bumi yang ketujuh.[5]

4. Pohon kurma tidak dapat tumbuh di sembarang tanah. Bahkan hanya tumbuh di
tanah tertentu yang subur saja. Pohon kurma di sebagian tempat tidak tumbuh
sama sekali. Di sebagian lainnya tumbuh, namun tak berbuah dan di sebagian
lain tumbuh berbuah, tetapi sedikit buahnya. Sehingga tidak semua tanah
cocok untuk pohon kurma.

Demikian juga iman, ia tidak kokoh pada semua hati. Dia hanya akan kokoh di
hati orang yang diberi oleh Allah berupa hidayah dan lapang dada
menerimanya. Sehingga pantaslah bila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:

مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ
الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ
الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا
أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا
وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ
قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ
فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ
يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ
بِهِ

Permisalan petunjuk dan ilmu yang aku dapatkan dari Allah, ialah seperti
permisalan air hujan yang deras menimpa bumi. Ada diantara tanah bumi itu
naqiyah, menerima air lalu menumbuhkan rumput dan tumbuhan yang banyak. Ada
juga ajadib, menampung air, lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia
dengannya. Mereka minum, mengambil dan bercocok tanam. Air hujan ini juga
menimpa sejenis tanah lain, yaitu qi’an, yang tidak menerima air dan tidak
menumbuhkan rumputan. Demikian itulah permisalan orang yang berilmu (faqih)
dalam agama dan mengambil manfaat darinya. Ia mengetahui dan mengajarkannya
dan permisalan orang yang tidak perduli sama sekali dan tidak menerima
petunjuk Allah yang aku bawa.[Mutafaqun 'Alaihi]

5. Pohon kurma tidak dapat bercampur dengan tumbuhan pengganggu dan tumbuhan
asing yang bukan jenisnya. Karena dapat mengganggu menghambat
pertumbuhannya, serta mengganggunya dalam menyerap air. Oleh karena itu
diperlukan perawatan khusus dan intensif dari pemiliknya.

Demikian juga seorang mukmin, bisa mendapatkan hal-hal yang dapat melemahkan
iman dan keyakinannya. Juga dapat berhadapan dengan perkara yang dapat
mendesak iman dari hatinya. Oleh karena itu, setiap waktu harus introspeksi
(muhasabah) dan bersungguh-sungguh dalam menjaganya. Juga selalu berusaha
menghilangkan segala sesuatu yang mengotorinya, seperti: was-was, mengikuti
hawa nafsu dan lain-lain. Allah berfirman.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ
لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [Al Ankabut:69].

6. Pohon kurma memberikan hasilnya setiap waktu, sebagaimana firman Allah:

تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا

Pohon itu memberikan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Rabbnya.
[Ibrahim:24-25]

Buah pohon ini dimakan pada waktu siang dan malam, baik pada musim dingin
atau musim panas. Dimakan dalam bentuk kurma (tamar) atau busr atau ruthab
[6]. Demikian juga seorang mukmin, amal mereka naik pada pagi dan sore hari.

Rabi’ bin Anas menyatakan,“Makna firmanNya كُلَّ حِينٍ ialah setiap pagi dan
sore hari. Karena buah kurma selalu dapat dimakan pada waktu malam dan
siang, baik musim dingin maupun panas, baik berupa kurma, busr atau ruthab.
Demikian juga amalan seorang mukmin, naik pada pagi dan sore harinya.” [7]

Ibnu Jarir Ath Thabari menyatakan dalam tafsir ayat ini: Menurutku, pendapat
yang rajih, ialah pendapat yang menyatakan, makna (كُلَّ حِينٍ) dalam ayat
ini ialah pagi dan sore, setiap saat. Karena Allah -setiap saat- menjadikan
hasil pohon ini dari buahnya untuk perumpamaan amalan dan perkataan seorang
mukmin. Padahal sudah pasti, amalan dan perkataan baik seorang mukmin
diangkat kepada Allah setiap hari, bukan setiap setahun atau setengah tahun
atau dua bulan sekali.

Jika demikian, maka jelaslah kebenaran pendapat ini. Jika ada yang bertanya:
Pohon kurma mana yang setiap saat menghasilkan buah yang dimakan pada musim
panas dan dingin? Jawabnya: Adapun pada musim dingin, maka thal’ (mayang
kurma) ialah buahnya. Dan pada musim panas, maka balkh, busr, ruthab dan
kurma ialah buahnya. Jadi semuanya merupakan buahnya.[Tafsir Thabari 8/210]

7. Semua bagian dari pohon korma memiliki barakah. Semuanya dapat
dimanfaatkan. Demikian juga seorang mukmin, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ بَيْنَا
نَحْنُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُلُوسٌ إِذَا
أُتِيَ بِجُمَّارِ نَخْلَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ لَمَا بَرَكَتُهُ كَبَرَكَةِ الْمُسْلِمِ
فَظَنَنْتُ أَنَّهُ يَعْنِي النَّخْلَةَ فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ هِيَ
النَّخْلَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ثُمَّ الْتَفَتُّ فَإِذَا أَنَا عَاشِرُ
عَشَرَةٍ أَنَا أَحْدَثُهُمْ فَسَكَتُّ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِيَ النَّخْلَةُ

Dari Abdillah bin Umar, ia berkata,“Ketika kami duduk-duduk di sisi
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba diberikan jamar (jantung
kurma). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata,’Sesunggunya
terdapat satu pohon, barokahnya seperti barokah seorang muslim’.” Lalu aku
menerka, itu adalah pohon kurma. Lalu aku ingin sampaikan, ia adalah pohon
kurma, wahai Rasulullah. Kemudian aku menengok dan mendapatkan aku orang
kesepuluh dan paling kecil. Lalu aku diam. Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam berkata,“Ia adalah pohon kurma.”[Bukhari dalam Shahihnya 3/444]

Ibnu Hajar berkata,“Barakah pohon kurma ada pada semua bagiannya, senantiasa
ada dalam setiap keadaannya. Dari mulai tumbuh sampai kering, dimakan semua
jenis buahnya. Kemudian, setelah itu seluruh bagian pohon ini dapat diambil
manfaatnya, sampai-sampai bijinya digunakan sebagai makanan ternak. Demikian
juga serabutnya dapat dijadikan sebagai tali, serta yang lainnya pun
demikian. Hal ini sudah jelas. Demikian juga barakah seorang muslim,
meliputi seluruh keadaannya. Juga manfaatnya terus- menerus ada untuknya dan
untuk orang lain sampai setelah meninggalnya.” [Fathul Bari I/145-146]

8. Pohon kurma disifatkan oleh Rasulullah لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا . Sisi
persamaannya dengan muslim dijelaskan dalam riwayat Al Harits bin Abi Usamah
dari hadits Ibnu Umar, dari periwayatan yang lainnya dengan lafadz:

كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ
فَقَالَ إِنَّ مَثَلَ الْمؤْمِنِ كَمَثَلِ الشَجَرَةِ لَا تَسْقُطُ لَهَا
أَنْمُلُةٌ أَتَدْرُوْنَ مَا هِيَ قَالُوا لاَ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ لَا
تَسْقُطُ لَهَا أَنْمُلُةٌ وَ لَا تَسْقُطُ لِمُؤْمِنٍ دَعْوَةٌ

Pada satu hari kami berada bersama Rasulullah, lalu beliau bersabda,
“Sesungguhnya permisalan seorang mukmin seperti permisalan pohon yang tidak
gugur daunnya. Tahukah kalian pohon apa itu?” Mereka berkata,“Tidak,” Lalu
beliau menjawab,“Ia adalah pohon korma, tidak gugur daunnya dan seorang
mukmin tidak gugur do’anya.” [Lihat Fathul Bari 1/145]

Jadi jelaslah sisi persamaan antara keduanya. Dimaklumi, bahwa do’a telah
disyariatkan dan dijanjikan akan dikabulkan, sebagaiman firman Allah:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ
يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Rabbmu berfirman,"Berdo'alah kepadaKu, niscaya akan Ku-perkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." [Al Mukmin:60]

Akan tetapi, ingatlah! Do’a akan dikabulkan dengan kesempurnaan syarat dan
tidak adanya penghalang. Terkadang tidak dikabulkannya do’a dikarenakan
tidak terpenuhi sebagian syaratnya atau keberadaan sebagian penghalangnya.
Adabnya yang paling penting ialah kehadiran hati, pengharapan terkabulnya do’a
dan tekad (azam) dalam masalah tersebut. [Jami Al-Ulum Wal Hikam 368]

Ibnul Qayim memberikan makna lain terhadap hadits ini dengan menyatakan,
bahwa hal ini menunjukkan konsistensi pohon kurma menjadikannya sebagai
pakaian dan perhiasan; sehingga tidak gugur pada musim dingin dan panas.
Demikian juga seorang mukmin, senantiasa konsisten memakai pakaian ketakwaan
dan perhiasannya sehingga menghadap Rabbnya. [Miftah Daris Sa'adah 1/116]

9. Pohon kurma disifatkan dalam ayat dengan thayibah (baik). Meliputi
pemandangannya, gambar dan bentuknya. Juga meliputi dalam rasa, buah dan
manfaatnya. Demikian juga seorang mukmin, memiliki sifat baik dalam segala
urusan dan keadaannya, dzahir ataupun bathin. Oleh kerena itu, ketika kaum
mukminin masuk surga langsung disambut para malaikat penjaganya dengan
menyatakan:

وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا
جَآءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلاَمٌ
عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ

Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabbnya dibawa ke surga
berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu
sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka
penjaga-penjaganya,"Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu!
Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya." [Az Zumar:73]

الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلاَمٌ
عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat
dengan mengatakan (kepada mereka),"Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam
surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan." [An Nahl:32].

إِنَّ اللهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ أمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِن تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِن
ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ وَهُدُوا إِلَى الطَّيِّبِ
مِنَ الْقَوْلِ وَهُدُوا إِلَى صِرَاطِ الْحَمِيدِ

Sesungguhnya Allah mamasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang
shalih ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di
surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan
mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. Dan mereka diberi petunjuk kepada
ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang
terpuji. [Al Hajj:23-24]

10. Pohon kurma disifatkan dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam.

إِنَّ مَثَلَ الْمؤْمِنِ كَمَثَلِ النَّخْلَةِ ماَ أَخَذْتَ مِنْ شَيْئٍ
نَفَعَكَ

Sesungguhnya permisalan mukmin seperti pohon korma. Apapun kamu mengambil
sesuatu darinya, niscaya bermanfaat bagimu. [8]

Pohon kurma seluruhnya bermanfaat. Demikian juga semestinya seorang mukmin,
ketika bergaul dengan teman dan sekitarnya. Tidak ditampakkannya, kecuali
akhlak mulia, adab budi pekerti luhur, muamalah yang baik, memeberikan
kebaikan dan tidak mengganggu mereka. Selalu memberikan manfaat dalam
seluruh pergaulannya.

11. Pohon kurma memiliki perbedaan mencolok, satu dengan lainnya. Perbedaan
dalam bentuk, jenis dan buahnya. Pohon kurma tidak hanya satu macam tingkat
dalam kebagusan dan kwalitas, sebagaimana firman Allah.

وَفِي اْلأَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِّنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ
وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَآءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ
بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي اْلأُكُلِ إِنَّ فِي ذلِكَ لأيَاتٍ لِّقَوْمٍ
يَعْقِلُونَ

Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun
anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak
bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian
tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir. [Ar Ra’d:4].

Demikianlah pohon kurma, berbeda dalam rasa, bentuk dan jenisnya.
Sebagiannya lebih baik dari sebagian yang lainnya. Demikian juga keadaan
kaum mukminin, memiliki bertingkat-tingkat keimanannya dan tidak satu
tingkat dalam iman. Allah berfirman:

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا
فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ
بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللهِ ذلِكَ هُوَالْفَضْلُ الْكَبِيرُ

Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara
hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka
sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada
(pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian
itu itu adalah karunia yang amat besar. [Fathir:32].

12. Pohon kurma termasuk pohon yang paling sabar menghadapi terpaan dan
badai angin. Terkadang angin hanya menerpanya dan terkadang menggulungnya.
Kebanyakan tumbuhan tidak mampu bertahan dari kekeringan air, seperti
kesabaran pohon korma. Demikian juga seorang mukmin, selalu sabar dalam
menghadapi bala, mala petaka dan musibah. Pada seorang mukmin telah
terkumpul kesabaran dengan ketiga jenisnya. Yaitu sabar dalam ketaatan
kepada Allah, sabar dari kemaksiatan dan sabar menghadapi takdir yang
menyedihkan. Allah berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ
اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ
إِذَآ أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا للهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ أُوْلآئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتُُ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
وَأُوْلآئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan,"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un."
Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al
Baqarah:155-157]

قُلْ يَاعِبَادِ الَّذِينَ أمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا
فِي هَذِهِ الدُّنْيَاحَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى
الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Katakanlah:"Hai hamba-hambaKu yang beriman, bertakwalah kepada Rabbmu."
Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi
Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala tanpa batas. [Az Zumar:10]

13. Semakin tua, pohon korma semakin bertambah baik dan tinggi kwalitasnya.
Demikian juga seorang mukmin -jika panjang usianya- maka, bertambah kebaikan
dan amal shalihnya.

Imam At Tirmidzi meriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Busr, beliau
berkata:

أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ
مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

Seoranga A’rabi bertanya kepada Rasulullah,“Wahai Rasulullah, siapakah orang
yang terbaik?” Rasulullah n menjawab,“Orang yang panjang umur dan baik
amalannya.” [Sunan Tirmidzi 4/565 dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Sunan
At-Tirmidzi 2/271]

14. Pohon kurma tidak pernah berhenti memberi manfaat, walaupun gagal
berbuah. Manusia dapat mengambil pelepah, daun dan serabutnya untuk berbagai
keperluan. Demikian juga seorang mukmin, tidak pernah lepas dari kebaikan.
Selalu memberikan kebaikan dan terjaga dari berbuat keburukan, sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ قَالَ فَسَكَتُوا فَقَالَ
ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنَا
بِخَيْرِنَا مِنْ شَرِّنَا قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ
شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ

Maukah kalian aku beritahu orang terbaik dari yang terjelek dari kalian?
Lalu beliau mengulanginya tiga kali. Lalu seorang bertanya,“Wahai
Rasulullah, beritahulah kami tentang orang terbaik dari terjelek dari kami.”
Rasulullah menjawab,“Orang terbaik dari kalian ialah orang yang diharapkan
kebaikannya dan aman dari kejelekannya, dan orang terjelek ialah orang yang
tidak diharapkan kebaikannya dan manusia tidak aman dari kejelekannya.” [9]

Imam Ikrimah menafsirkan firman Allah كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ dengan
menyatakan,“Dialah pohon korma yang senantiasa memberi manfaat."
[Disampaikan Ath-Thabari 8/205]

Demikian juga seorang mukmin, senantiasa memberi manfaat sesuai dengan
bagian dan kekuatan imannya.

15. Pohon korma mudah dipetik buahnya. Karena pohon korma terkadang pendek,
sehingga mudah memetiknya dan terkadang tinggi besar. Walaupun besar masih
mudah memanjatnya dibanding memanjat pohon lain yang tingginya sama. Karena
pada pohon korma terdapat tangga dan tempat memijak sampai ke atas. Demikian
juga seorang mukmin, mudah mengambil kebaikan darinya.

16. Buah kurma, termasuk buah yang paling bermanfaat. Ruthabnya dimakan
sebagai buah-buahan dan manis. Juga kurma yang telah kering, menjadi makanan
pokok, lauk dan buah. darinya juga dapat dihasilkan cuka dan pemanis. Selain
itu juga dibuat sebagai obat dan minuman. Manfaatnya sudah cukup jelas bagi
yang menggunakannya. Demikian juga mukmin, memiliki keumuman manfaat dan
berbagai kebaikan dan kebagusannya.

Buah kurma memiliki rasa manis dan iman pun memiliki rasa manis yang tidak
dapat dirasakannya, kecuali orang yang memiliki iman yang benar. Oleh karena
itu Rasululah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا
يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا
يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Tiga perkara, jika seseorang memilikinya, niscaya merasakan manisnya iman.
(Yaitu) menjadikan Allah dan RasulNya lebih dicintai dari yang lainnya, dan
mencintai seseorang hanya karena Allah, serta benci untuk kembali kepada
kekufuran, sebagaimana benci dilemparkan ke dalam api. [Mutafaqun Alaihi]

Imam Abu Muhammad bin Abi Jamrah menyatakan,“Diibaratkan dengan rasa manis
dalam hadits ini, karena Allah menyerupakan iman dengan pohon dalam
firmanNya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيِّبَةٍ

Kalimat dalam ayat ini ialah kalimat ikhlas, dan pohonnya ialah pokok iman,
cabangnya ialah mengikuti perintah dan menjauhi larangan. Adapun daunnya
ialah kebaikan yang diperhatikan seorang mukmin, buahnya ialah ketaatan.”
[Lihat Fathul Bari 1/60]

17. Adanya kesamaan sifat pohon korma dengan sifat mukmin, sehingga Ibnul
Qayyim menyatakan,“Sebagian orang ada yang telah menyamakan manfaat-manfaat
ini (manfaat pohon korma) dengan sifat muslim. Mereka menjadikan setiap
manfaat darinya dihadapkan dengan satu sifat muslim. Ketika sampai pada duri
pohon kurma, maka dihadapkan kepada sifat keras dan tegas terhadap musuh
Allah dan orang fajir. Sehingga kekerasan dan ketegasan terhadap mereka
(para musuh tersebut), seperti kedudukan duri pohon korma, dan sikap mereka
terhadap mukmin yang takwa seperti kedudukan ruthab yang manis dan lembut.
Allah berfirman:

أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ

Kkeras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. [Al
Fath:29]. [Miftah Dari Sa'adah 1/120-121]

Oleh karena itu, para ulama yang terkenal keras dan tegas dalam membantah
orang-orang bathil dinamakan duri di leher mereka.

Demikianlah diantara kesamaan yang ada. Para pensyarah hadits ini memberikan
beberapa kesamaan yang lainnya. Namun semuanya lemah dan sebagiannya bathil.
Imam Ibnu Hajar telah meringkasnya dalam kitab Fathul Bari dengan
menyatakan,“Adapun orang yang menganggap letak persamaan antara muslim
dengan pohon korma dari sisi ‘jika dipotong kepalanya ia akan mati’, atau
karena ‘pohon korma tidak berbuah tanpa perkawinan’ atau ‘ia mati dengan
ditenggelamkan’ atau ‘bau putik sarinya seperti mani manusia’ atau ‘ia minum
dari bagian atasnya’. Semua penyamaan seperti ini lemah. Karena sisi
penyamaan tersebut diperuntukan terhadap seluruh manusia, tidak khusus
kepada muslim. Yang lebih lemah lagi ialah pernyataan, bahwa pohon korma
diciptakan dari tanah sisa penciptaan Adam. Karena hadits yang
menunjukkannya tidak shahih. Wallahu a’lam.” [Miftah Dari Sa'adah 1/147]

Dengan demikian telah kita ketahui, iman ialah pohon mubarakah yang memiliki
manfaat dan faidah besar. Iman memiliki tempat khusus dalam penanamannya,
siramannya, juga memiliki pokok, cabang dan buah. Tempatnya ialah hati
seorang mukmin, siramannya ialah wahyu dan pokoknya ialah rukun iman yang
enam. Sedangkan cabangnya ialah amal shalih dan bermacam ketaatan yang
dilakukan seorang mukmin. Adapun buahnya ialah semua kebaikan dan
kebahagiaan yang dirasakan seorang mukmin di dunia dan akhirat. Inilah
diantara buah dan hasil iman. Wallahu a’lam bis shawab.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VII/1424H/2003M Diterbitkan
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]

No comments:

Post a Comment